Sabtu, 14 Februari 2009 di 16.05 |  
Kuhapus Tetesan Air Liurmu

Posted in Cerita Kehidupan, Cinta, Keluarga dan Sahabat, Motivasi Diri on Januari 30th, 2009 1 Comment »

Tak mudah memang, menghapus masa lalu dari hidup kita, seperti air liurmu yang masih menetes di pinggiran bibir mungilmu. Kuhapus langsung mengering, tak lama kemudian akan menetes lagi dan membasahi leher dan dadamu. Berulang kali harus kuganti bajumu yang telah basah oleh tetesan air liurmu. Terkadang membuat kesal dan emosi harus selalu menggantinya untuk menghindari lembab dan ingin selalu terlihat rapi bersih, terlebih lagi aku takut kamu masuk angin. Entah sampai kapan kamu akan terus seperti ini. Entah sampai kapan pula kau harus kesusahan menelan air liurmu dan menelan makanan secara baik?
This is a preview of "Kuhapus Tetesan Air Liurmu". Read the full post (343 words, estimated 1:22 mins reading time)
Sebuah Pesan

Posted in Cerpen, Cerita Kehidupan, Doa, Syukur dan Pujian on Januari 29th, 2009 6 Comments »

Namaku Frans. Seorang pemuda pegawai biasa. Namanya juga pegawai biasa, pastinya gaji pas-pasan. Hanya cukup untuk makan, membiayai kebutuhan hidup yang lain dan tak ada barang sedikit pun untuk hura-hura. Jadi wajar saja jika aku tak pernah bersedekah.
This is a preview of "Sebuah Pesan". Read the full post (1390 words, estimated 5:34 mins reading time)
Pagiku….

Posted in Puisi, Cerita Kehidupan, Asa on Januari 29th, 2009 No Comments »

Kurasakan, embun pagi yang sejuk memberikan kesegaran di dalam hati
Rumput-rumput pun tersabit di tengah kegalauan jiwa
Matahari menunjukan sinarnya bahwa ia ingin bangkit dari tidur panjangnya
Udara sejuk di pagi hari siap mengiringi langkahku sepanjang hari…
This is a preview of "Pagiku….". Read the full post (167 words, estimated 40 secs reading time)
Puisi Orang Terbuang

Posted in Puisi, Cerita Kehidupan, Jeritan, Renungan on Januari 29th, 2009 1 Comment »

Terduduk ku di sudut ruang
Memandang langit yang semakin jingga
Hanya suara jengkerik menggema
Melolong – lolong sambut gelapnya dunia
Semua terasa mencekam
Mencengkeram dalam kesunyian

Dalam terik matahari esok hari
Ku masih terduduk disini
Bak seonggok sampah
Tertiup angin kemarau yang membakar jiwa
Tergores luka hingga berdarah-darah
Ingin ku menjerit sekuat tenaga
Namun mulut terbekap oleh pisau kedukaan
This is a preview of "Puisi Orang Terbuang". Read the full post (146 words, estimated 35 secs reading time)
Senja di Ibukota

Posted in Puisi, Cerita Kehidupan, Jeritan on Januari 29th, 2009 No Comments »

Lampu temaram tegak berjajar
Berbedak pekat debu jalanan
Roda berputar merambat perlahan
Letih menahan berat beban kehidupan
Meningkahi ambisi yang tak pernah mati.

Kegelapan makin meraja
Wajah – wajah kuyu membeban angan
Memburu waktu yang tak pernah usai
Merangkak, mengukur jalan yang tak berujung.
This is a preview of "Senja di Ibukota". Read the full post (112 words, estimated 27 secs reading time)
Sastra Koran, Batu Loncatan atau Pilihan?

Posted in Cerita Kehidupan, Motivasi Diri, Esai, Renungan on Januari 29th, 2009 3 Comments »

Harus diakui, hampir semua surat kabar di berbagai kota di negeri ini memuat sastra di salah satu lembarannya. Dan jika ingin jujur, sebenarnya di mana tempat sastra di antara sekian lembaran-lembaran surat kabar itu? Berita tentang ekonomi, politik, fashion, olah raga dan kriminal jauh lebih dicari demi memuaskan dahaga rasa ingin tahu anak manusia dibandingan dengan sastra. Mungkin tak pernah ada yang membeli sebuah koran semata-mata untuk mencari tahu tentang sastranya; cerpen, puisi, dan atau teater. Jikapun ada, mungkin itu pastilah penulis pemula yang ingin melihat apakah ada atau tidaknya karyanya yang dimuat di surat kabar yang bersangkutan. Namun begitu, sastra tetap memiliki integritasnya sendiri. Di antara berita-berita tentang kriminal, olah raga, bisnis, fashion dan politik, sastra adalah pelengkap yang pas. Seseorang bisa termangu dengan dahi berkerut ketika membaca cerpen atau mungkin menggaruk-garuk kepala ketika sedang membaca puisi di dalam hati. Mungkin masih terlalu sulit untuk bisa menafsirkan makna yang ingin disampaikan oleh pengarang.
This is a preview of "Sastra Koran, Batu Loncatan atau Pilihan?". Read the full post (692 words, estimated 2:46 mins reading time)
Kereta Kencana Nyi Roro Kidul

Posted in Cerpen, Cerita Kehidupan, Khayalan, Sunyi dan Sepi, Resah, Gelisah dan Sedih on Januari 25th, 2009 4 Comments »

Hari ini adalah hari pertama aku menempati kamar kost baru di kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Timoho. Aku terpaksa pindah dari kost lama karena ada suatu masalah yang tak ingin kuceritakan di sini.
This is a preview of "Kereta Kencana Nyi Roro Kidul". Read the full post (441 words, estimated 1:46 mins reading time)
Menantimu

Posted in Cerpen, Cerita Kehidupan, Cinta, Keluarga dan Sahabat, Kerinduan dan kenangan, Khayalan, Asa, Sunyi dan Sepi, Resah, Gelisah dan Sedih on Januari 17th, 2009 2 Comments »

Seberkas sinar menyilaukan menusuk pupil mataku, membuatku mengerjap perlahan. Tapi tunggu! Di mana saat ini aku berada?!? Lalu kubuka mataku, namun sinar putih itu menembusnya tajam hingga membuatku kembali memejamkannya. Saatku kembali terpejam, memoriku kuputar kembali ke beberapa waktu lalu, yang kuyakin dengan begitu aku akan tahu jawaban dari pertanyaanku, di mana aku saat ini.
This is a preview of "Menantimu". Read the full post (909 words, estimated 3:38 mins reading time)
A Night Before Wedding.

Posted in Cerpen, Cerita Kehidupan, Cinta, Keluarga dan Sahabat on Januari 13th, 2009 1 Comment »

Malam sebelum pernikahan adalah malam dimana pengakuan akan kasih sayang, penyesalan serta harapan kedua orang tua di sampaikan. Malam indah yang penuh makna. Malam dimana orang tua akan bersiap untuk melepas tangan putri tercinta dan memberikannya kepada sang pangeran impian.
This is a preview of "A Night Before Wedding.". Read the full post (2617 words, estimated 10:28 mins reading time)
A Fish Called Wanda

Posted in Cerpen, Cerita Kehidupan, Khayalan, Fiksi on Januari 1st, 2009 1 Comment »

Hobinya memancing ikan. Bahkan tidak hanya sekedar hobi tapi sudah menjadi dunianya. Tak bakal ia mau lewatkan barang seharipun untuk tidak memancing. Seluruh tubuhnya akan merasakan sakit yang tak bisa terdeteksi secara fisik bila ia tak pergi memancing. Kalau sudah begitu kejadiannya maka seluruh obat di apotek takkan bisa menyembuhkannya, kecuali; pergi memancing. Sebuah dunia yang sudah melekat dalam dirinya.
Entah sejak kapan ia mulai menggemari hal itu, tak ada yang tahu pasti. Bahkan ia pun tidak. Almarhum ayahnya pun tak suka memancing, begitu juga dengan kakak-kakaknya. Bagi mereka, memancing itu pekerjaan yang tak ada gunanya dan menghabiskan waktu tidak dengan melakukan hal yang produktif. Kalau dilihat dari sudut ini berarti hobi memancingnya bukanlah bakat genetik.
O iya, hampir aku lupa. Tokoh utama yang aku ceritakan ini adalah seorang pemancing ikan yang bernama Boy. Namanya serupa denganku, tapi ia bukan diriku. Karena untukku, memancing itu melelahkan tanpa melakukan apa-apa. Dan itu menyiksa. Tapi tidak demikian dengan si Boy pemancing ini, baginya memancing itu melatih mental dan menguji strategi. Seperti catur, namun bidak-bidaknya adalah diri si pemancing itu sendiri. Bahkan, dalam kalimat filosofis, Tuhan itu Maha Pemancing sedangkan manusia adalah umpan sekaligus ikan itu sendiri. Kalau sudah berbicara seperti itu biasanya aku hanya manggut-manggut mencoba memahami walau aku sendiri tak pernah mengerti makna kata-katanya.
This is a preview of "A Fish Called Wanda". Read the full post (687 words, estimated 2:45 mins reading time)
Diposting oleh Ade Kusnaya (new)

0 I want know real education:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger template by blog forum